Kepala BPH Migas Tubagus Haryono dalam rapat dengar
pendapat dengan Komisi VII, Senin (26/4), mengemukakan, realisasi 2010 yang
diperkirakan sebesar 40.100.000 kilo liter ini dengan perincian: premium
sebesar 23.200.000 kilo liter, minyak tanah 3.800.000 kilo liter dan solar
13.100.000 kilo liter.
Berdasarkan data, lanjut Tubagus, realisasi Januari-Maret
2010 mengalami kenaikan jika dibanding periode yang sama tahun 2009. Realisasi
premium hingga Maret yang mencapai 2.408.338 kilo liter, naik 10,64% dibanding
tahun 2009 yang mencapai 4.888.034 kilo liter. Realisasi solar naik 9,55% yaitu
sebesar 3.003.057 kilo liter. Sedangkan minyak tanah turun 51,99% menjadi
668.256 kilo liter karena program konversi minyak tanah ke LPG.
Menurut Tubagus, over
kuota ini disebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 diperkirakan
sebesar 5,8% dan konsumsi BBM khususnya jenis premium dan solar yang setiap
tahun selalu mengalami peningkatan, pertumbuhan kendaraan bermotor, mendukung
program nelayan dan pembudidayaan perikanan serta program konversi minyak tanah
ke LPG sesuai rencana.
"Selain itu juga peningkatan kebutuhan BBM PSO karena
adanya pemekaran daerah," imbuhnya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan
dalam kesempatan yang sama menambahkan, over
kuota terjadi pada BBM subsidi jenis premium dan solar. Agar kuota 36.504.779
kilo liter dapat tercapai, diperlukan dukungan Pemerintah dalam bentuk
perubahan Peraturan Presiden dan dilakukan sistem distribusi tertutup secara
serentak di seluruh daerah.
Terkait alpha BBM bersubsidi, Pertamina sebagai pemegang
BBM PSO menyatakan, tahun lalu pihaknya mengalami kerugian sebesar Rp 6 triliun
karena alpha BBM pada semester pertama ditetapkan hanya 8% dan semester
berikutnya Rp 536 per liter serta tidak berlaku surut. Untuk tahun ini, dengan
kurs Rp 9.200 per dolar AS, maka alpha tanpa marjin diperkirakan sebesar Rp 556
per liter dan dengan marjin Rp 100 per liter, maka alpha Rp 656 per liter.
"Pertamina meminta agar alpha ditinjau tiap 3 bulan
karena terkait dengan perubahan kurs dan ICP," kata Karen.