Pengembangan Proyek Cepu Lebih Dari 90 Persen

Menara tambat ini adalah serangkaian konstruksi baja dalam proyek konstruksi EPC-3 Proyek Banyu Urip yang merupakan bagian dari infrastruktur pengiriman minyak lepas pantai. FSO Gagak Rimang yang telah diresmikan sebelumnya, akan ditambatkan pada struktur menara yang tertanam di dasar laut. Dengan desain sedemikian rupa yang memungkinkan kapal dapat bergerak mengikuti arah angin, ombak dan arus laut tanpa mengganggu aliran minyak dari pipa.

Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan dalam peresmian di Cilegon, akhir pekan lalu, mengatakan, penyelesaian menara tambat ini akan mendukung peningkatan produksi dari Lapangan Banyu Urip yang akan menjadi tulang punggung pencapaian target produksi minyak dalam APBN Tahun 2015 sebesar 845.000 barel per hari.

“Karena begitu penting dan strategisnya Proyek Pengembangan Lapangan Banyu Urip ini bagi sektor hulu migas khususnya, dan bagi Bangsa Indonesia umumnya, maka diharapkan semua pihak para pemangku kepentingan dapat mendukung penuh agar proyek berjalan sesuai rencana,” katanya. Dengan kapasitas produksi saat ini sebesar 30,000 barel per hari, produksi dari Lapangan Banyu Urip akan terus naik bertahap hingga mencapai puncak puncak 165,000 barel per hari pada 2015.

Menara tambat ini adalah bagian dari EPC-3 Proyek Banyu Urip. Sebuah konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan Indonesia, PT. Rekayasa Industri yang bermitra dengan Likpin, LLC. Struktur menara tambat ini dikerjakan dikerjakan di Yard PT. Bakrie Construction, yang berlokasi di areal Sumuranja, PuloAmpel, Serang, Banten.

Muliawan mengatakan, semakin banyak perusahaan dalam negeri yang dilibatkan dalam mendukung kegiatan industri hulu migas merupakan hasil kebijakan sektor hulu migas untuk meningkatan pemberdayaan kapasitas nasional dalam rangka menciptakan multiplier effect yang seluas-luasnya bagi Bangsa Indonesia.

“Sektor hulu migas diharapkan tidak hanya menghasilkan revenue bagi negara tetapi juga dapat menumbuhkembangkan sektor industri penunjangnya,” ujarnya.

Sesuai rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD), investasi di Proyek Banyu Urip mencapai US$ 2,525 miliar, dengan rincian untuk pembangunan fasilitas produksi sebesar US$ 2,188 miliar dan pengeboran sumur sebanyak US$ 337 juta. Pembangunan fasilitas dibagi ke dalam lima kontrak EPC (engineering, procurement, and construction/rekayasa, pengadaan, dan konstruksi), yakni fasilitas produksi utama (Central Production Facility/CPF), pipa darat (onshore) 72 km, pipa laut (offshore) dan menara tambat (mooring tower), Floating Storage Off-loading (FSO) serta fasilitas infrastruktur.  

Dalam kesempatan yang sama, Project Executive MCL, Daniel Wieczynski menambahkan, bahwa prioritas utama MCL adalah menyelesaikan proyek secara aman dan handal. “Kami bangga dengan pencapaian tim konstruksi menara tambat yang telah mencapai kinerja keselamatan berkelas dunia, dengan tidak ada waktu kerja yang hilang selama lebih dari 2,3 juta jam kerja. MCL terus berkomitmen untuk terus mencapai kemajuan dalam pelaksanaan setiap kegiatan EPC dan pengeboran agar selesai sesuai target produksi puncak lapangan ini pada 2015,” tambah Dan.

Cadangan migas di blok Cepu ditemukan sejak 2001. Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005 dengan MCL sebagai operator. MCL, anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation, memegang 45% saham partisipasi, bersama PT. Pertamina EP Cepu yang memegang 45% saham dan Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) dengan 10% saham. Rencana pengembangan lapangan disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 15 Juli 2006. Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip diperkirakan sebesar 450 juta barel. (TW)

 

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.