Hal itu dikemukakan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam
rapat kerja dengan Komisi VII DPR, kemarin.
Dipaparkan Menteri ESDM, jika
ICP US$ 40 per barel, maka penerimaan negara dapat mencapai Rp 140 triliun.
Dalam rapat kerja itu, pemerintah mengajukan ICP RAPBN-P 2009 sebesar US$ 40-60
per barel yang kemudian disetujui DPR.
Departemen ESDM juga
memperkirakan masih ada surplus untuk tahun anggaran 2009. Surplus itu
merupakan pendapatan sektor ESDM dikurangi subsidi BBM, elpiji dan listrik.
"Dengan harga minyak
dunia diasumsikan antara US$ 40-60 per barel, maka surplus pendapatan sektor
ESDM diperkirakan antara Rp 86-99 triliun," ungkap Purnomo.
Keberhasilan pemerintah
mempertahan surplus pendapatan negara meskipun harga minyak dunia jatuh,
disebabkan penurunan subsidi yang jumlahnya besar dibandingkan penurunan
penerimaan sektor ESDM terutama dari penjualan minyak.
"Penurunan beban subsidi
dalam APBN merupakan hasil positif dari upaya bersama dalam mengendalikan sisi
permintaan yaitu melalui pengaturan harga BBM serta diversifikasi ke elpiji
untuk menggantikan minyak tanah," ujar Purnomo.
Purnomo juga menekankan
pentingnya peningkatan diversifikasi energi. Meski demikian, katanya, peran
minyak mentah masih sangat penting bagi perekonomian Indonesia, baik sebagai sumber
penerimaan negara maupun sumber penyediaan BBM. Untuk itulah, asumsi penetapan
harga minyak mentah dalam APBN selalu menjadi pembahasan penting dalam
perencanaan asumsi makro perekonomian Indonesia.
Penurunan harga minyak
khususnya ICP memiliki pengaruh atau sensivitas bagi penerimaan sektor ESDM dan
subsidi BBM atau elpiji serta subsidi listrik.