“Services provider
untuk CBM belum ada. Padahal, CBM menggunakan teknologi sendiri yaitu tidak serumit
seperti minyak dan gas, tetapi juga tidak sesimpel batu bara,†kata Dirjen
Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo pada acara CBM Forum with a Capital Market Perspective di Hotel Four Season,
Selasa (1/6).
Ia mengharapkan, peluang ini dapat dimanfaatkan oleh para
pengusaha untuk mendukung pengembangan CBM di Indonesia. Apalagi, pemerintah
telah bertekad untuk meningkatkan pengembangan gas unconventional seperti CBM. Antara lain dengan cara menawarkan bagi
hasil yang menarik dan kontrak kerja sama non PSC yaitu gross production sharing contract.
“Kontrak bentuk baru ini dapat berlaku bagi kontrak lama
maupun baru. Jadi terserah KKKS, apakah ingin menggunakan kontrak yang mana.
Kami terbuka saja,†kata Evita.
Potensi CBM Indonesia mencapai 453,3 TCF yang tersebar di
11 cekungan. Hingga saat ini telah ditandatangani 20 kontrak kerja sama CBM dan
diharapkan pada tahun 2011 mendatang, sebanyak tujuh blok CBM sudah mulai
berproduksi. Gas itu rencananya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik
di daerah sekitar wilayah kerja.
"Kita
harapkan akhir 2011, gas dari CBM dapat digunakan untuk listrik," kata
Evita.
Blok CBM
tersebut, antara lain Barito Banjar I, Pulang Pisau, Sangatta I, Tanjung Enim
dan Sanga-sanga serta Sekayu. Gas yang diproduksi diperkirakan mencapai 9,25
MMSCFD dan akan digunakan untuk pembangkit listrik mini dengan total kapasitas
23,01 MW.