Volume BBM bersubsidi ditambah BBN untuk tahun 2012, jika dilakukan pengaturan, mencapai 41,7 juta kiloliter. Sebaliknya jika tidak dilakukan pengaturan, dapat mencapai 45,6 juta kiloliter.
"Premium diperkirakan antara 25,2-45,6 juta kiloliter, kerosene 2,1 juta kiloliter dan solar 14,4-15,7 juta kiloliter," papar Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (30/5).
Sementara volume LPG bersubsidi diperkirakan mencapai 3,6 juta ton.
Evita menjelaskan, situasi pasar minyak 2012 banyak dipengaruhi oleh faktor geopolitik. Komitmen pasokan minyak bumi dari OPEC, menjadi faktor penentu untuk menahan harga minyak tidak terlalu tinggi.
Perkiraan asumsi ICP 2012, juga didasarkan pada pooling dan analisa dari para analis dunia yaitu Kelompok konservatif menilai tingginya harga minyak akan menahan pertumbuhan ekonomi, OPEC berkomitmen untuk meningkatkan produksi minyak sehingga akan mengkoreksi pertumbuhan kebutuhan minyak dunia. Harga minyak diperkirakan berkisar antara US$ 75-90 per barel.
Sedangkan para spekulan pelaku bursa komoditas memperkirakan harga minyak dapat melambung di atas US$ 100 per barel apabila pasokan minyak dari OPEC terganggu.
Untuk BBN, pemerintah mengusulkan tambahan subsidi
rata-rata Rp 2.000 per liter, apabila harga BBN lebih tinggi daripada harga
BBM. Total volume BBN 2012 diperkirakan sekitar 972-1.063 ribu kiloliter dan
tambahan subsidi Rp 1.944-2,126 miliar.
Rapat dengar pendapat dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR RI Tengku Rafly Pasyadan dihadiri oleh Dirjen Migas Evita H. Legowo, Kepala BPH Migas Tubagus Haryono, dan Dirut Pertamina Karen Agustiawan.