Harga Minyak Menuju Keseimbangan Baru

“Bila melihat kecenderungan yang berjalan, ada kemungkinan kuat harga minyak menuju pada keseimbangan baru, ke level harga tersebut. Hal itu dipengaruhi kondisi apabila para pemain (spekulan) bisnis internasional mulai melirik komoditas lain sebagai instrumen investasi dan membiarkan minyak kembali sebagai barang konsumsi biasa,” kata pengamat perminyakan dari ITB Rudi Rubiandini.

 

Sebagaimana diketahui, setelah mencapai level tertinggi US$ 147 per barel pada 11 Juli lalu, pada perdagangan Rabu (23/7) di New York, harga minyak anjlok ke level US$ 124 per barel.

 

Rudi menjelaskan, kenaikan harga minyak dunia akhir-akhir ini bukan hanya disebabkan produksi minyak dunia yang menurun, namun lebih disebabkan ulah spekulan internasional yang sedang kehilangan pasar uangnya karena resesi global.

 

“Ditambah terpuruknya ekonomi AS yang menyebabkan nilai dolar AS juga turun terhadap mata uang lain. Akibatnya, minyak dipakai sebagai alat permainan baru dalam menyimpan aset. Dampaknya, harga minyak bisa naik-turun hanya karena suasana ekonomi sesaat, bukan karena faktor keseimbangan produksi dan kebutuhan,” jelasnya.

 

Sementara itu, pengamat migas dari UI Widodo Wahyu Purwanto mengutarakan, sulit memprediksi harga minyak dunia di masa depan. Sebab pergerakannya sangat rentan dipengaruhi spekulasi dan kondisi geopolitik dunia. Menurutnya, harga minyak tidak akan lebih rendah dari US$ 100 per barel. Hal itu mengingat cadangan minyak dunia saat ini semakin berkurang.

 

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.