Dalam rapat yang dipimpin oleh Dirjen Migas Kementerian
ESDM Evita H. Legowo dan dihadiri oleh wakil Badan Geologi, Ditjen LPE, BPH
Migas, PT Pertamina dan PT PLN tersebut, disepakati bahwa untuk BBM, perlu
diperhitungkan penambahan kantong BBM berjalan untuk mempermudah
pendistribusian BBM di SPBU-SPBU yang mengalami kekurangan pasokan. Untuk jalur
Subang-Cirebon, dipersiapkan penambahan dispenser berjalan untuk kendaraan roda
dua.
“Jalur tersebut cukup padat, sementara SPBU masih terbatas.
Jadi perlu diantisipasi, jangan sampai pengendara kehabisan BBM padahal SPBU
masih jauh,†kata Evita.
Terkait ketersediaan minyak tanah, akan dilakukan
penambahan pasokan minyak tanah pso di daerah-daerah yang belum terkonversi.
Sementara untuk LPG, selain mempersiapkan stok nasional,
dianggap perlu menambah kesiapan dari sisi keselamatan penggunaan LPG,
peningkatan sosialisasi khususnya menjelang H-10 serta mempercepat penyiapan
penukaran selang dan regulator di wilayah-wilayah yang telah terkonversi.
Terkait listrik, bila diperlukan, perlu diidentifikasi
adanya tambahan pasokan energi yaitu BBM, batu bara dan gas.
Sedangkan untuk kesiapan bencana geologi, dalam bahasan
mengenai keberadaan gunung api dan kemungkinan gempa yang perlu diwaspadai,
akan ditambahkan Propinsi Papua dan Papua Barat. Penambahan daerah Sumatera dan
“Selain itu, penting dipertegas lagi gambar atau peta
daerah rawan gerakan tanah, khususnya di Pulau Jawa,†ujar Evita.
Rapat juga menyepakati perlunya penambahan kesiapan BBG
untuk transportasi di DKI