Luwuk, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengunjungi Lapangan Kilang LNG Donggi Senoro di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Kamis (30/4). Turut mendampingi Menteri ESDM pada kesempatan tersebut, Bupati Banggai Sofhian Mile, Plt. Direktur Jenderal Migas IGN Wiratmaja dan Dirut Pertamina Dwi Sutjipto.
DSLNG
adalah proyek LNG pertama di Indonesia yang mengadopsi model pengembangan hulu
dan hilir yang terpisah, berdasarkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 /
Tahun 2001. Berdasarkan model ini, DSLNG sebagai perusahaan hilir bertanggung
jawab hanya untuk pengolahan gas alam menjadi LNG, serta memasarkannya kepada
pembeli.
Pengembangan pabrik LNG berjalur satu (single-train)
bertujuan untuk memanfaatkan gas alam di Sulawesi Tengah yang belum
termonetisasi, melalui penerapan model bisnis LNG hilir yang pertama di
Indonesia, sehingga mampu mengalihkan beban investasi dari pemerintah ke para
pemodal.
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dalam sambutannya
mengatakan, beroperasinya Kilang Donggi Senoro diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. “Kabupaten Banggai merupakan penghasil
pendapatan asli daerah (PAD) terbaik di Sulawesi Tengah. Dan saya berharap
beroperasinya Donggi Senoro itu akan lebih besar multiplier efeknya dan mudah-mudahan bisa menjadi satu pondasi bagi
pertumbuhan Kabupaten ini,†ujar Sudirman.
Proyek Donggi Senoro adalah proyek strategis yang pada waktunya beroperasi
nanti akan menyumbangkan gasnya yang cukup signifikan bagi domestik maupun
internasional.
Proyek Donggi Senoro dikerjakan sepenuhnya oleh bangsa Indonesia karena itu
Menteri ESDM mengapresiasinya. “Saya sangat terkesan dengan prestasi dari
putra-puteri Indonesia, insinyur Indonesia yang sukses membangun fasilitas
produksi yang sangat komplek ini,†imbuhnya.
Donggi Senoro LNG (DSLNG) didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing
(PMA) pada tanggal 28 Desember 2007, dengan para pemegang saham yang terdiri
dari Pertamina Energy Services Pte Ltd (29%), PT Medco LNG Indonesia (20%) dan
Mitsubishi Corporation (51%). Namun demikian, terhitung Februari 2011, struktur
kepemilikan berubah menjadi PT Pertamina Hulu Energi (29%), PT Medco LNG
Indonesia (11.1%) dan Sulawesi LNG Development Ltd (59.9%). (SF)